Hilangnya fungsi pelabuhan rakyat di Banyuwangi.

Pemerintah249 views

 

MabesNews.com | Banyuwangi -Menilik kemajuan ekonomi dan sejarah masa lampau di Kota Banyuwangi, tidak lepas dari adanya PELRA (PELABUHAN RAKYAT). Pelra Banyuwangi, telah tumbuh dan berkembang, jauh sebelum adanya agresi Militer, baik sekutu maupun Jepang. Peninggalan sejarah tersebut, masih terdapat sisa sisa peninggalannya, betapa “berkembang dan majunya ekonomi saat itu.” Sisa peninggalan dan kemajuan untegrasi ruang yang “handal dan nyaman” terkonsep secara baik. Pelra Banyuwangi/BOOM, merupakan kawasan perdagamgan antar pulau yang berada pada wilayah Indonesia Timur, daerah kepulauan Sapudi, Sepeken, Pagarungan, Sumenep, Sulawesi, Mandar, bahka wilayah Bali Utara ditopang oleh jalur perdagangan yang sudah terhubung, dan Banyuwangi mengambil peran penting dalam simpul ekonomi dan perdagangan.

 

Pelra di Pantai BOOM memberikan “Bauran Urban” masyarakat dalam berinteraksi pranata sosial, tercipta perkawinan antar suku wilayah timur, bahkan memberi warna juga oleh perdaganagan Arab dan Cina. Antropologi masyarakat menjadi yang majemuk akhirnya berkembang menjadi Kampung dan suku “Entitas”, Kampur Melayu, Kampung Mandar, Pecinan, Kampung Arab, Kampung Mbali, Madura, Osing. banyak lagi bauran yang tercipta dengan kemajuan Perdagangan dan Perekonomian pada Era tersebut.

Belum lagi, LANDMARK yang dibentuk sebagai kesatuan dan fungsi ruang yang terintegrasi secara Baik, Alon Alon Blambangan, Masjid Raya, Pasar, Pabrik, Gudang/pergusangan, Boom, Es, Perbankan, Pemukiman, Inggrisan, Sritanjung menjadi Konsep Pergerakan Manusia yang didukung oleh Lingkungan Buatan dg Perencanaan Matang.

Peran Pelra seharusnya semakin meningkat, seiring infrastruktur yang didukung, bukan konsep pembangunan yang salah dan tidak memahami, Sosiologis dan Antropologis Banyuwangi, mereka leader pendatang yang tidak paham tata ruang, bahkan menjual tata ruang, seperti Pantai Boom yang menjadi pelabuhan Yacht, Galangan Pelra yang diambil swasta, pantai publik yang digadaikan…..semua konsep tidak berpihak pada fungsi masif “ekonomi kultur” yang semakin hilang.

Pelra Banyuwangi mesti dikembangkan dan dibesarkan, bukan di adakan dengan kegiatan hiburan dan tidak jelas konsep strategis kedepannya. Peran dan pilar ekonomi hanya mampu BUMD rumah sakit dan pudam, mengambil keuntungan orang sakit dan air melimpah diperdagangkan. Ekonomi yang semu bertahan pada Pendapatan yang “bocor dan Korup, manipulasi pajak dan aset menjadi bancakan “para pedagang birokrasi yang berdinas di Banyuwangi”, mereka mencari penghasilan dengan tidak punya visi apapun di Tanah Blambangan, bahkan Tatanan Kultur mereka rusak dan tidak strategis. Kemampuan hanya pada festival dan pencitraan sudah harus dihentikan. Berlomba korupsi dan “membancak” Uang Makan Minum” semua harus ditata dengan leadership Banyuwangi yang mempunyai Ghiroh dan Militan.
( Penulis: Andi purnama )
Saleh ss.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *