Oleh: Ir. Muhammad Rasyid
Wakil Ketua Perkumpulan Muballigh Batam
Pengusaha | Anggota sejak Agustus 1999
Lahir di Arjasa, Sumenep, 22 November 1968 | Domisili Batam Kota
——————————————————
Mabesnews.com, Sebuah organisasi dakwah tidak dibangun semata-mata dengan struktur dan jabatan, tetapi dengan keikhlasan, kepercayaan, dan kesatuan niat. Dakwah bukan sekadar aktivitas seremonial, melainkan jalan pengabdian panjang yang penuh tanggung jawab. Dalam bingkai inilah PMB hadir sebagai wadah penguatan umat, bukan sebagai ruang kepentingan personal. Ia seharusnya menjadi rumah bersama, tempat para muballigh mengikhlaskan diri untuk melayani, bukan tempat mempertontonkan siapa yang paling berpengaruh atau paling berkuasa.
PMB lahir dari kesadaran bahwa umat membutuhkan pendampingan, pencerahan, dan keteladanan. Maka setiap pengurus dan anggota sejatinya sedang mengemban amanah besar, bukan membawa nama diri. Ketika umat mencari arah, muballigh harus menjadi penunjuk jalan. Ketika masyarakat menghadapi kegelisahan, dakwah harus menjadi penenang. Dan ketika perbedaan muncul, para pendakwah seharusnya menjadi jembatan, bukan sumber api yang memperlebar jurang.
Namun kita juga harus jujur menatap realitas. Tantangan dakwah hari ini bukan hanya datang dari luar, tetapi sering kali muncul dari dalam diri kita sendiri. Ego, rasa ingin diakui, ambisi jabatan, dan dorongan hawa nafsu kadang hadir tanpa disadari. Ia menyusup dalam niat, menggeser tujuan, lalu perlahan menggerogoti keikhlasan. Saat ego menguasai langkah, dakwah kehilangan rohnya. Saat ambisi mengalahkan niat ibadah, organisasi kehilangan arah luhurnya.
Amanah kepemimpinan dalam organisasi dakwah bukanlah simbol kehormatan, melainkan beban yang kelak dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan umat. Jabatan bukan milik pribadi, bukan pula warisan yang harus dipertahankan dengan segala cara. Pergantian kepemimpinan adalah keniscayaan. Regenerasi adalah tanda kehidupan. Yang paling penting bukan siapa yang duduk di kursi kepemimpinan, tetapi bagaimana nilai-nilai dakwah tetap hidup, bergerak, dan memberi manfaat luas bagi umat.
Kedewasaan berorganisasi diuji ketika seseorang mampu menerima keputusan musyawarah dengan lapang dada. Jiwa yang matang tidak takut kehilangan jabatan, karena ia sadar bahwa yang abadi bukanlah posisi, melainkan jejak kebaikan. Kepemimpinan yang sejati diukur bukan dari lamanya seseorang memimpin, melainkan dari keteladanan yang ia tinggalkan, dari kedamaian yang ia wariskan, dan dari generasi yang ia siapkan.
Masjid sebagai pusat denyut kehidupan umat juga memegang peran penting dalam menguatkan langkah dakwah. Imam, khatib, pengurus masjid, dan seluruh elemen keumatan tidak seharusnya berjalan sendiri-sendiri. Dakwah membutuhkan sinergi. Tanpa keterlibatan masjid, gerakan dakwah akan kehilangan pusat gravitasinya. Tanpa keterlibatan umat, dakwah akan kehilangan maknanya. Dan tanpa kesatuan langkah, organisasi sebesar apa pun akan mudah goyah.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menuding siapa pun, apalagi membuka luka lama. Ia lahir dari kegelisahan bersama bahwa dakwah yang agung ini tidak boleh ternodai oleh perasaan saling menyalahkan, saling merendahkan, atau saling mencurigai. Perbedaan adalah keniscayaan, tetapi persaudaraan adalah pilihan yang harus diperjuangkan. Bila perbedaan kecil terus dibesarkan, maka yang hancur bukan hanya organisasi, tetapi juga kepercayaan umat.
Dakwah bukan panggung untuk menampilkan kelebihan diri, melainkan ruang untuk merendahkan hati. PMB bukan milik segelintir orang, melainkan milik umat. Dan umat bukan alat untuk menguatkan pengaruh, melainkan tujuan utama dari seluruh kerja dakwah. Bila orientasi ini terbalik, maka yang tumbuh bukan lagi dakwah, melainkan persaingan yang melelahkan dan memecah belah.
Jika seluruh pengurus, anggota, dan unsur masjid kembali menyatukan niat, meluruskan tujuan, serta menjaga adab dalam setiap perbedaan, maka PMB akan tumbuh sebagai organisasi dakwah yang kokoh, sejuk, dan menenteramkan. Ia akan menjadi tempat umat menitipkan harapan dan tempat para pendakwah mengabdikan diri dengan penuh kerelaan.
Namun sebaliknya, bila egoisme pribadi dibiarkan tumbuh, bila ambisi menjadi bahan bakar utama, dan bila hawa nafsu lebih dominan daripada keikhlasan, maka bukan hanya organisasi yang akan melemah umat pun akan perlahan kehilangan arah dan kepercayaan.
Semoga kita diberi kekuatan untuk terus membersihkan niat, merawat adab dalam berorganisasi, serta menjaga persaudaraan agar tetap lebih besar daripada perbedaan. Sebab dakwah yang lahir dari hati yang bersih akan selalu menemukan jalannya, sementara dakwah yang dipenuhi ego akan kehabisan cahaya di tengah perjalanan.







