Membangun Peradaban Melalui Pendidikan: Agenda Besar Pejuang Bangsa Hari Ini

Opini38 views

Oleh Dr. Nursalim, M.Pd.  

 

MabesNews.com, Ketua Afiliasi Pengajar Penulis Bahasa, Sastra, Seni, Budaya, dan Desain (APEBSKID) Provinsi Kepulauan Riau, Ketua Ikatan Wartawan Online Indonesia (IWOI) Provinsi Kepulauan Riau, Ketua Fahmi Tamami Kota Batam

Pendidikan selalu menjadi jantung perjalanan sebuah bangsa. Ia bukan sekadar bangku sekolah atau lembaran kurikulum, melainkan jalan panjang tempat nilai-nilai kehidupan ditanamkan, dipelihara, dan diwariskan. Dalam dunia yang bergerak cepat, ketika perubahan sosial datang tanpa menunggu kesiapan kita, pendidikan menjadi tumpuan utama untuk membentuk generasi yang kuat secara moral, cerdas secara intelektual, dan tangguh secara karakter. Kita membutuhkan generasi yang mampu berdiri kokoh dalam perubahan, bukan terseret arusnya.

 

Dalam konteks hari ini, pejuang bangsa bukan hanya mereka yang berdiri di garis depan dengan seragam atau senjata. Pejuang bangsa sejati sering lahir dari ruang-ruang sederhana: ruang kelas yang mungkin sempit, sudut rumah yang dijadikan tempat belajar, atau pusat kegiatan sosial yang menjadi tempat menanamkan kearifan hidup. Pejuang bangsa adalah para pendidik, para pembimbing, para relawan, para orang tua, dan siapa saja yang memilih jalan sunyi untuk mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa. Mereka tidak selalu terlihat, tetapi pengaruhnya menjangkau jauh ke masa depan.

 

Tantangan besar pendidikan hari ini bukan hanya teknologi atau perubahan kurikulum, melainkan tantangan moral. Kita harus memastikan bahwa anak-anak tidak hanya tumbuh menjadi generasi yang pandai menghitung, tetapi juga generasi yang berempati. Mereka harus cerdas dalam logika, tetapi juga kokoh dalam etika. Kita tidak boleh membiarkan sekolah hanya menjadi tempat mengejar nilai; ia harus menjadi ruang yang memerdekakan pikiran, melembutkan hati, dan membentuk manusia seutuhnya. Di sinilah tugas besar bangsa: memanfaatkan pendidikan sebagai benteng menghadapi krisis moral dan sosial yang semakin kompleks.

 

Para guru dan orang tua memegang peran kunci dalam perjuangan ini. Pendidikan karakter tidak bisa lahir hanya dari teori atau dokumen kebijakan; ia lahir dari teladan. Ketika seorang guru berbicara dengan santun, ketika orang tua menunjukkan kasih sayang tanpa melukai, ketika masyarakat menghargai perbedaan, maka nilai-nilai itu dengan sendirinya tumbuh dalam hati generasi penerus. Peradaban tidak dibangun dalam satu malam; ia tumbuh dari ribuan tindakan kecil yang konsisten.

 

Kita juga harus memastikan bahwa para pendidik dihormati sebagaimana mestinya. Guru bukan hanya profesi; ia adalah panggilan jiwa. Sebuah bangsa tidak akan mungkin menjadi besar bila ia mengecilkan orang-orang yang mengajarkan nilai-nilai kebesaran itu sendiri. Maka penghormatan kepada pendidik adalah penghormatan kepada masa depan. Mereka yang mengabdi dalam sunyi adalah pilar yang menjaga bangsa tetap berdiri.

 

Indonesia membutuhkan lebih banyak sosok yang bersedia bekerja dalam senyap: mendidik, mencerahkan, mengabdi, menginspirasi, dan memerdekakan. Kata-kata itu bukan sekadar semboyan, tetapi penanda tanggung jawab moral bagi siapa pun yang mencintai negeri ini. Setiap langkah kecil untuk membimbing, menegur dengan kasih, atau menuntun dengan sabar adalah kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa.

 

Selama pendidikan masih dijalankan dengan cinta, selama masih ada insan yang rela menjadi pelita bagi sesama, selama itu pula harapan bangsa tak akan padam. Di tengah arus perubahan, pendidikan adalah jangkar yang menjaga bangsa tetap pada arah yang benar. Dan para pejuang bangsa dengan segala pengabdian sunyinya adalah penjaga cahaya yang memastikan peradaban ini terus bergerak menuju masa depan yang lebih bermartabat.