LATHÎFAH & HIGGS FIELD: MENJEMBATANI FISIKA MODERN & TASAWUF DALAM BINGKAI KESADARAN HOLISTIK

Opini, Pendidikan61 views

Edited by ;

1.Kiyai Dr. Muhammad Sontang Sihotang S.Si, M.Si.(Kepala Laboratorium Fisika Nuklir, Prodi Fisika, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Peneliti Pusat Unggulan Ipteks Karbon & Kemenyan-Universitas Sumatera Utara serta Wakil Talqin ke-364 TQN Pesantren Suryalaya Sirnarasa PPKN III.

2.Dr.(H.C) H. Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Yahya (Pemimpin Forum Sufi Dunia, World Sufi Assembly), Pekalongan Jawa Tengah.

3.Habib Rais Ridjàly Bin Thàhir, Pimpinan & Mursyid Majlis Al Abrar Indonesia (Thariqat Musthafàwiyyah) – Bekasi Jawa Barat.

4.KH. Muhammad Abdul Gaos (Abah Aos) ; Guru Agung Penghulu Pesantren KETAHANAN NASIONAL (PPKN) III, Mursyid ke 38, Tarekat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah Suryalaya (TQNS), Pesantren Sirnarasa, Dusun Cisirri, Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat)

Abstrak

Makalah ini mengkaji relasi antara konsep lathâif as-sab‘ah dalam tradisi Tasawuf, spektrum aura dalam bioenergi spiritual, dan Higgs Field dalam fisika modern. Ketiganya diposisikan sebagai representasi dari lapisan realitas yang tidak kasat mata namun memiliki peran fundamental dalam pembentukan eksistensi baik pada tingkat individual maupun kosmik. Melalui pendekatan filsafat integratif (ontologis, epistemologis, dan aksiologis), artikel ini mengusulkan sintesis konseptual antara lapisan kesadaran spiritual manusia dan struktur dasar semesta. Ditemukan bahwa pemahaman terhadap lathîfah dan Higgs Field dapat menjadi jalan menuju paradigma kesadaran holistik yang meng integrasikan dimensi ruhani dan saintifik secara harmonis.

Kata Kunci: Lathîfah, Higgs Field, Fisika Partikel, Tasawuf, Aura, Kesadaran Holistik, Metafisika.

  1. Pendahuluan

 

Tradisi tasawuf memandang hati sampai ke matahati manusia sebagai pusat spiritual yang memiliki struktur berlapis, dikenal sebagai lathâif as-sab‘ah. Setiap lapisan merepresentasikan tingkat kesadaran dan hubungan eksistensial dengan Alloooh (Al-Ghazali, 2002). Sementara itu, fisika modern mengungkap keberadaan Medan Higgs sebagai landasan terbentuknya massa dan eksistensi fisik (Wilczek, 2008). Meski berbeda pendekatan, keduanya memuat makna filosofis mendalam tentang asal-usul dan struktur realitas.

Kajian ini mendialogkan kedua ranah tersebut melalui pendekatan filsafat inter-disipliner untuk mencari jembatan makna yang menyatukan sains dan spiritualitas dalam kesadaran manusia modern.

 

  1. Kajian Sebelumnya & State of the Art

Beberapa penelitian sebelumnya telah mencoba menjembatani agama dan sains, di antaranya Nasr (1968) yang menawarkan kerangka “sacred science” sebagai ilmu pengetahuan yang tidak mengabaikan nilai spiritual. Capra (1996) dalam The Web of Life juga membahas keterhubungan antara sistem biologis dan spiritualitas Timur.

Dalam konteks Islam, studi mengenai lathâif telah dibahas oleh Haeri (2000) dan Sheikh Hisham Kabbani (2004), namun belum banyak yang menghubungkannya dengan struktur fisika partikel. Sementara itu, kajian mengenai Higgs Boson banyak bersifat fisikal-teknis, seperti dijelaskan Weinberg (1993) dan Ellis (2014), tetapi masih minim integrasi filosofis atau spiritual.

Maka, artikel ini menjadi penting sebagai kontribusi baru (state of the art) dalam menjembatani dua kutub wacana yang sering dianggap tak berhubungan: lathîfah spiritual dan Higgs Field fisikal.

  1. Grand Theory dan Kerangka Konseptual

Makalah ini berpijak pada dua kerangka besar:

Filsafat eksistensial-spiritual dalam Islam (Ibn Arabi, Al-Ghazali) yang melihat realitas sebagai berlapis dan memiliki dimensi batiniah yang tersembunyi (batin al-wujud).

Fisika kuantum modern, khususnya teori Higgs Field sebagai struktur tak kasat mata yang memungkinkan partikel memperoleh massa dan eksistensi (Wilczek, 2008).

Kerangka integratif ini memfasilitasi pembacaan ontologis, epistemologis, dan aksiologis atas lapisan-lapisan kesadaran manusia dan struktur semesta.

 

  1. SWOT Analisis Konseptual

Komponen

Kekuatan (Strength)

Kelemahan (Weakness)

Peluang (Opportunity)

Ancaman (Threat)

 

Lathâif as-sab‘ah

Kaya makna spiritual, basis transformasi jiwa

Sulit diukur secara ilmiah

Sumber pengembangan psikologi trans-personal

Diklaim tidak ilmiah oleh kalangan rasionalis

 

Higgs Field

Terbukti secara eksperimen, basis kosmologi

Tidak menjawab makna eksistensial

Dapat memperluas filsafat sains

Berisiko disalahpahami secara teologis

 

Aura Energi

Visualisasi kesadaran, mendukung terapi energi

Metode pengukuran masih diperdebatkan

Jembatan bio-fisika dan ruhaniah

Rentan terhadap pseudosains

  1. Pembahasan

5.1 Ontologis: Realitas Lapisan

Lathâif menunjukkan bahwa realitas manusia berlapis-lapis, mulai dari jasmani (qalabi), nafsiyah, hingga lapisan terdalam (akhfa) yang menyatu dengan cahaya Ilahi. Demikian pula, Higgs Field menunjukkan bahwa materi tidaklah mandiri, tetapi bergantung pada interaksi dengan Medan tak terlihat (Wilczek, 2008).

5.2 Epistemologis: Jalan Mengetahui

Dalam tasawuf, pengetahuan diperoleh melalui dzikir, muraqabah, dan tajalli, yang menyinari lathâif. Sementara dalam sains, Higgs Field dikenal lewat eksperimentasi teknologi tinggi. Dua jalan ini menggambarkan dualitas pengetahuan: intuitif dan empiris.

 

5.3 Aksiologis: Tujuan dan Nilai

Pemahaman lathâif mengantarkan pada ma’rifatulloooh dan pengendalian nafsu. Pengetahuan tentang Higgs Field memperluas kekaguman akan keteraturan semesta. Keduanya menyumbang pada pembangunan etika kesadaran holistik: manusia sebagai ciptaan dan penjaga semesta.

  1. Penutup

6.1 Kesimpulan

Konsep lathâif as-sab‘ah dan Higgs Field sama-sama menunjukkan bahwa realitas terdiri atas medan energi tak terlihat yang memiliki efek nyata. Integrasi keduanya memungkinkan pembacaan baru terhadap eksistensi manusia yang bersifat saintifik sekaligus spiritual.

6.2 Saran

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membangun metodologi yang mampu menjembatani praktik spiritual dan pemahaman saintifik dengan tetap menjaga integritas masing-masing disiplin.

6.3 Implikasi

Integrasi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, pengembangan karakter, dan penyembuhan berbasis kesadaran spiritual-saintifik.

6.4 Rekomendasi

Perlu dikembangkan kajian trans-disipliner antara tasawuf, neurofisiologi, dan fisika kuantum untuk membentuk paradigma kesadaran baru di era pasca-modern.(ms2)