TV Kok Jadi Corong Politik? Saat Rakyat Dipaksa Menonton Drama Buzzer

Hukum41 views

Oleh : Sri Radjasa, M.BA (Pemerhati Intelijen)

 

MabesNesws.com,-Televisi sebagai media elektronik, menurut banyak pakar internasional, seharusnya menjadi ruang penyedia konten yang berkualitas, relevan, dan informatif. Ia dituntut mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi sekaligus menjawab kebutuhan audiens yang kian kritis. Namun, yang lebih penting, televisi jangan semata-mata mengejar rating, tetapi juga menjalankan fungsi sosialnya sebagai media informasi, hiburan, dan pendidikan.

Di Indonesia, sebuah negara plural dengan problem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang begitu kompleks, televisi memiliki tanggung jawab besar. Kehadirannya idealnya menjadi centre of gravity pemersatu bangsa sekaligus sarana edukasi bagi generasi muda agar tumbuh dengan karakter dan budi pekerti luhur. Karena itu, kualitas tayangan harus melewati kontrol yang profesional sebelum sampai ke ruang publik.

Sayangnya, realitas yang terlihat justru sebaliknya. Beberapa episode program “Rakyat Bersuara” yang diklaim sebagai acara unggulan iNews TV, malah tampil jauh dari esensi edukatif. Alih-alih membuka ruang diskusi sehat, program ini kerap menjadi panggung politik partisan, bahkan sesekali bernuansa intimidatif terhadap suara rakyat yang berbeda pandangan.

Jika televisi berbayar seperti MNC Vision bisa menghadirkan tayangan yang menghibur sekaligus edukatif, mengapa tidak hal serupa diwujudkan dalam program free to air seperti “Rakyat Bersuara”? Sudah saatnya pihak penyelenggara melakukan evaluasi serius: mulai dari pemilihan narasumber yang kredibel, hingga pembawa acara yang tegas menjaga jalannya diskusi tetap santun dan beradab.

Publik kini semakin jenuh melihat narasumber yang tampil sekadar sebagai “buzzer” dimana keras membela kepentingan majikan, tetapi miskin substansi. Alhasil, program ini bukan lagi ruang suara rakyat, melainkan arena perdebatan bising yang tidak sehat. Jika tren ini dibiarkan, televisi berpotensi kehilangan kepercayaan publik sekaligus melupakan peran hakikinya yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

(Samsul Daeng Pasomba)