Menganalisis Hubungan zikir dengan Organ Jantung berdasarkan pendekatan metafisika tasawuf.

Pemerintah223 views

Analisis Kesadaran Ilahiyah Manusia Berdasarkan Pendekatan Metafisika Tasawuf

Oleh –

Mhd. Sontang, Ahmad Abdul Manan Al Merbawi, Dara Aisyah H.M.Ali Puteh dan Mulkan Iskandar Nasution

Masing-masing Universitas Sumatera Utara (USU), Universiti Sultan Zainal Abidin (UniSZA),

Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Abstrak

—————————————————————–

MabesNews.com-Metafisika adalah ilmu yang mengkaji tentang Ketuhanan dan proses pendekatannya melalui analisis sains dan teknologi, manakala tasawuf adalah ilmu yang mengkaji tentang masalah hati pelaksanaannya melalui proses mendekatkan diri kepada Allah S.W.T dengan amalan menyucikan hati / qolbu / batin / ruhani / jantung spiritual.

Metafisika tasawuf, gabungan Ilmu dan pengetahuan secara, mengkaji tentang hati/qolbu/jantung secara saintifik dan spiritual dalam hubungannya dengan proses sampainya seseorang dalam alam makrifat (tauhid / keyakinan diri kepada Allah S.W.T.)

Kajian ini bertujuan untuk memberi penjelasan proses pengenalan diri menuju kesadaran ilahiyah (hasrat manusia sebagai hamba yang mau mencari jalan kembali kepada Allah), dimana pengenalan Ketuhanan dianalisis dengan konsep sains dan teknologi (fisika, kimia dan biologi) serta komputer (ICT) setelah proses tazkiyat al-nafs (upaya mensucikan diri melalui zikrullah) berdasarkan pendekatan tasawuf telah dilakukan. Kajian ini dilaksanakan untuk memberikan model analisis kesadaran ilahiyah terhadap hubungan konsep fisik dan rohani dikaitkan dengan organ jantung berdasarkan pendekatan metafisika tasawuf melalui amalan zikir Tariqat Qodiriyah Wa Naqsabandyah (TQN).

Selanjutnya menganalisis hubungan zikir dengan organ jantung berdasarkan pendekatan metafisika tasawuf, melalui sains dan teknologi (fisik, kimia, biologi dan ICT) dengan menggunakan analisis zikir TQN berdasarkan gambar latifah (gambar fisiologi tempat kedudukan zikir) dan sistem jantung fisik dan rohani.

Berdasarkan kajian ini, melalui analisis metafisika tasawuf dapat dijelaskan dan dibuktikan secara saintifik, efektivitas aplikasi tasawuf khususnya amalan zikir jahar (diucapkan) dan khofi (di hati) yang diamalkan. Seterusnya konsep metafisika tasawuf juga dapat menguraikan dan memperlihatkan secara lebih nyata dan jelas tentang kesadaran universal menuju ketauhidan kepada Allah (makrifatullah).

Kajian ini diharapkan dapat menjadi model kesadaran ilahiyah kepada setiap manusia untuk lebih mengenal Allah SWT dan dapat memperbaiki serta meningkatkan kualitas kerja agar selalu berbuat kebajikan dan bermanfaat untuk program kemasyarakatan.

Key word : analisis, metafisika, tasawuf, jantung / hati / qolbu, kesadaran ilahiyah, TQN, makrifatullah, saintifik dan spiritual .

PENDAHULUAN

Model metafisika tasawuf berdasarkan kajian organ jantung manusia menuju kesadaran ilahiyah adalah satu kajian yang berusaha menganalisis setiap prilaku manusia yang mau mencari tempat kembali sebagai seorang hamba, untuk menambah kekuatan hubungannya kepada Allah, dan berusaha secara terus-menerus (istiqomah) dalam memperbaiki perbuatan atau prilaku atau akhlak mereka, agar mau sadar dan bertanggungjawab sebagai hamba Allah yang taat dan patuh kepada hukum Allah.

Pada umumnya kajian ini berkenaan dengan bidang metafisika dan pembangunan masyarakat melalui pembangunan akhlak atau rohani dalam menjalankan berbagai aktivitas di kehidupan sehari-hari.

Secara umum model kesadaran ilahiyah bagi diri manusia, boleh dikatakan sebagai model penting dalam pembangunan akhlak manusia, termasuklah pembangunan citra setiap insan yang ingin selalu berada di jalan yang lurus. Selain itu, kesadaran untuk selalu memperbaiki diri, merupakan kunci utama dalam tajdidul iman atau memperbaharui iman.

Berkenaan dengan itu, seseorang yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai hamba, akan melaksanakan tugas dengan penuh kerelaan sendiri dan tidak berkeinginan mengharapkan imbalan atau ganjaran (Khadijah, A. et.al, 2011).

Berdasarkan perspektif Islam, umat Islam selalu diperintahkan untuk melakukan sesuatu kebaikan dengan penuh kejujuran dan keikhlasan karena Allah. Ikhlas berarti ketulusan dalam mengabdi kepada Allah SWT dengan segenap hati dan jiwa seseorang.

Berdasarkan pandangan Islam, ikhlas adalah keikhlasan hati hanya kepada Allah SWT sehingga tidak ada sedikit pun penyekutuan terhadapNya (Abdul Mujieb et.al, 2009). Berawal daripada bangun tidur sampai seseorang itu tidur kembali, semuanya mesti diisi dengan semangat keikhlasan atau kesukarelaan .

Pekerjaan yang dilakukan dengan ikhlas atau sukarela sudah seharusnya menyatu dalam masyarakat yang mempunyai berbagai kepercayaan agama dan budaya (Turiman, et al.2008).

Bekerja dengan ikhlas adalah kunci utama keberhasilan seseorang yang wajib dicontoh, karena kerja sukarela merupakan tonggak pembangunan sebuah keluarga, masyarakat dan negara. Justeru budaya profesionalisme dalam kerja sukarela perlu diterapkan bagi menyuburkan lagi semangat kesukarelaan dalam kalangan masyarakat.

Model kesadaran ilahiyah memberikan strategi untuk menerapkan nilai-nilai yang baik, melalui nilai-nilai keagamaan, moral, budaya, dan sosial. Pendidikan akhlak sebaiknya ditanamkan sejak awal di alam kanak-kanak, remaja dan dewasa melalui proses pendidikan.

1.1 Pentingnya Tazkiyat al-Nafs dalam Menimbulkan Kesadaran Ilahiyah

Metode mencari jalan kembali kepada Allah SWT (inabah) berawal dari proses tazkiyat al-nafs iaitu proses penyucian hati manusia yang perlu ditempuh untuk mengembalikannya kepada asal kejadiannya yang suci bersih daripada kotor dan tercemarnya rohani.

Pada dasarnya manusia pada asal kejadiannya berada pada naluri (fitrah) yang bersih dengan memiliki roh makrifat ketuhanan, keyakinan dan sifat kemuliaan, namun karena ada pengaruh tertentu telah mencemarkan naluri yang bersih ini, sehingga ia menjadi kotor dan perlu dibersihkan kembali.

Tazkiyat al-nafs merupakan gabungan antara ilmu dan amal. Tazkiyat al-nafs terdiri daripada dua hal yaitu takhliah dan tahliah. Takhliah bermaksud membuang sifat-sifat tercela pada diri manusia manakala tahliah pula bermaksud menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji.

Kedua-dua perkara penting ini tidak akan tercapai dengan sempurna tanpa ilmu dan amal. Kedua-dua perkara ini tidak boleh dipisahkan antara satu sama lain. Ilmu tanpa amal adalah kerugian manakala amal tanpa ilmu adalah kekosongan.

Walau bagaimanapun ilmu itulah yang perlu didahulukan daripada amal. Ilmu seumpama imam yang diikuti manakala amal seumpama makmum yang mengikuti imam. Tasawuf manusia yang terhijab dan tidak menjalani proses tazkiyat al-nafs akan dihinggapi berbagai penyakit tasawuf yang akan merusakkannya.

Penyebab segala penyakit hati adalah cinta dunia (kesenangan terhadap duniawi yang membawa kepada kerusakan agama dan moral seseorang).

Langkah pertama yang perlu diambil dalam usaha melakukan tazkiyat al-nafs ialah mendapatkan ilmu.

Ilmu yang perlu dipelajari ialah ilmu yang menjelaskan tentang persoalan mengenal Tuhan (tauhid/usuluddin), ilmu yang menerangkan tentang peraturan-peraturan atau hukum-hukum mu`amalah (fiqh) dan ilmu yang membicarakan tentang masalah-masalah ketasawufan (tasawuf).

Seseorang yang serius melakukan tazkiyat al-nafs kebiasaannya akan mengalami intibah (kesadaran tasawuf). Keadaan ini berlaku disebabkan hijab-hijab yang menutup hati mulai terangkat sedikit demi sedikit menyebabkan basirah (penglihatan mata hati) sedikit demi sedikit terbuka sehingga dia dapat melihat atau menyaksikan hakikat-hakikat ketuhanan dan perkara-perkara keakhiratan dengan yakin.

Kesadaran tasawuf ini akan menggerakkan seseorang itu untuk kembali ke jalan Allah yang selama ini diabaikan atau tidak dipedulikan. Ia akan menyadarkan seseorang tentang kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang lalu, keburukan perbuatan dan segala kekhilafannya dalam melaksanakan tanggungjawab terhadap Tuhan dan manusia lainnya.

Kesadaran ilahiyah mendorong manusia untuk bertaubat dan seterusnya beramal soleh serta suka melakukan kebaikan dengan jujur dan ikhlas. Kesadaran tasawuf ini juga akan menyadarkan seseorang itu tentang akibat kejahilan, kejauhan dan kelalaian dirinya terhadap Tuhannya.

Kesadaran ini akan menggerakkannya untuk mengenali Tuhan dengan lebih dekat sehingga pengenalan terhadap Tuhan menjadi semakin jelas dan keyakinannya terhadapNya semakin kuat. Dia mulai merasakan ketenteraman tasawuf dan ketenangan jiwa yang sesungguhnya yang lahir daripada rohani yang bersih bersumber daripada pengenalan, pegangan dan keyakinan hati yang kuat terhadap Tuhan.

Kesadaran tasawuf ini juga menjadikan seseorang itu mulai mengenali hakikat dunia. Dunia yang penuh dengan tarikan, perebutan dan kebanggaan ini sudah tidak menjadi kegilaan dan rebutan bagi dirinya. Dunia yang fana ini hanyalah sebagai perantaraan, peralatan dan jambatan baginya menuju akhirat yang kekal.

Semua ini adalah proses pemurnian dan peningkatan martabat ketasawufan manusia sehingga dia menjadi hamba Allah yang sebenar atau dengan kata lain mencapai kesempurnaan maqam ‘ubudiyyah.

Sesungguhnya tazkiyat al-nafs ini pada hakikatnya bertujuan meningkatkan kesempurnaan maqam ‘ubudiyyah ini. Pada maqam inilah letaknya kemuliaan manusia di sisi Tuhannya. Pada maqam ini, ketuhanan (rububiyyah dan uluhiyyah) Allah dan kehambaan (`ubudiyyah) manusia menjadi nyata.

Pada maqam ini manusia dapat menyaksikan ketuhanan Tuhannya dan juga menyaksikan kehambaan, kefaqiran, kehinaan, kelemahan, kekurangan dan kebinasaan dirinya.

Dia menjadi hamba Tuhannya yang sebenar, zahir dan batin. Zahirnya beribadah kepada Tuhan serta menjunjung titah perintahNya dan batinnya pula mengenali, meyakini, bergantung harap dan reda terhadap suruhan, larangan dan ketentuanNya.

(Bagian I)

( Tiar)