Mabesnews.com,-Tasawuf & Tazkiyatun Nafs.
بِسْــــــــــــــــــــــم اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh ,
Alhamdulillahilladzi anzala al-sakinah fi qulubil mu’minin. Segala puji bagi Allah yang menurunkan ketenangan (sakinah) ke dalam hati orang-orang yang beriman.
Hadirin wal hadirat yang dirahmati Allah, para salik (penempuh jalan sunyi) yang dirindukan Maqam Kedekatan Ilahi.
Kita hidup di zaman di mana jiwa manusia seringkali merasa kering dan hampa, meskipun raga bergelimang fasilitas. Dunia di sekitar kita bergerak cepat, diukur dengan tempo dan capaian material. Realitas eksternal memaksa kita untuk percaya bahwa hidup adalah sebuah gelanggang perlombaan yang brutal—sebuah maraton tanpa garis akhir yang jelas. Kita berlari, terengah-engah, mengejar bayangan harta, takhta, dan kehormatan semu, hingga lupa esensi napas yang kita hirup adalah anugerah al-Hayy (Yang Maha Hidup), sebuah amanah yang harus dikembalikan dalam keadaan suci.
Di sinilah tasawuf irfani dan kearifan para wali di Nusantara, dari Hamzah Fansuri hingga Syekh Siti Jenar, datang sebagai lentera penerang, sebagai cahaya makrifat yang menembus pekatnya ghaflah (kelalaian). Tasawuf mengingatkan kita: hidup ini bukanlah soal kecepatan mengumpulkan dunya, tetapi soal kedalaman menziarahi al-Mawla (Sang Kekasih Sejati). Ini adalah sebuah perjalanan vertikal (mi’raj), bukan horizontal.
L
Secara ilmiah spiritual, kita dapat memandang tazkiyatun nafs ( penyucian jiwa) sebagai sebuah laboratorium internal . Di laboratorium ini, kita mengidentifikasi virus-virus patologis yang merusak qalb (hati nurani) pusat kendali spritual kita.
Virus paling mematikan dalam konteks perlombaan ini adalah iri hati (hasad) dan perbandingan (muqabalah). Iri hati laksana api yang membakar hangus amal kebaikan kita. Ia muncul karena kita salah fokus—membandingkan “panggung belakang” kehidupan kita yang penuh kekurangan dengan “panggung depan” kehidupan orang lain yang penuh senyuman dan pencapaian.
Al-Qur’an, wahyu Ilahi yang presisi bagai rumus saintifik, telah memberikan vaksinnya:
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang telah Kami lebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain.” (QS An-Nisa: 32).
Ayat ini adalah tebasan tajam. Setiap insan adalah sebuah ayat kauniyah yang unik, sebuah ukiran jati diri yang berbeda satu sama lain. Rezeki, takdir, ujian, dan maqam spiritualnya telah diukur dengan mizan (timbangan) Rabbani yang Maha Adil. Fokuslah pada fitrah Anda, pada perjalanan Anda sendiri. Tebas virus hasad dengan pedang qana’ah (merasa cukup dan ridha)
Filosofisnya , ajaran tasawuf irfani, yang puncaknya termanifestasi dalam konsep wahdatul wujud Hamzah Fansuri atau Manunggaling Kawula Gusti Syekh Siti Jenar, mengingatkan kita bahwa segala eksistensi adalah pantulan (tajalli) dari Wujud Tunggal (al-Ahad). Jika semua adalah pantulan dari Cahaya yang sama, mengapa kita harus saling berlomba dalam bayangan?
Nilai kita, di mata Sang Empunya Wujud, bukanlah pada bayangan itu. Syaikh Abdul Qadir Jaelani, Sulthanul Auliya, menekankan pentingnya syariat sebagai jalan menuju hakikat. Beliau mengajarkan bahwa substansi eksistensi kita terletak pada qalb yang suci dan amal yang tulus.
Rasulullah SAW bersabda, dalam sebuah hadits yang menjadi kompas esensial bagi para ‘arifin (orang yang mengenal Allah):
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR Muslim).
Hati (qalb) adalah mihrab suci, tempat tajalli Ilahi bersemayam. Amal adalah ekspresi tulus dari kemurnian hati tersebut. Lomba yang sesungguhnya adalah lomba membersihkan hati (tazkiyyatun nafs), bukan lomba mengumpulkan harta.
Ketika jiwa telah melalui proses penyucian ini, hasilnya adalah ketenangan hakiki (an-nafs al-mutmainnah) dan pencapaian maqam takwa. Takwa , dalam pandangan sufi, bukanlah sekadar menjalankan perintah formal, tetapi sebuah kondisi hudhur (kehadiran penuh) bersama Allah dalam setiap detik kehidupan.
Allah SWT menjanjikan sebuah futuh (pembukaan spiritual) dan kemudahan yang melampaui sains duniawi:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sanganya.” (QS Ath-Thalaq: 2-3).
Ini adalah janji ilmiah Rabbani yang pasti: Ketenangan dan solusi hidup datang sebagai efek samping otomatis dari fokus pada penyucian jiwa dan peningkatan takwa.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Mari kita ubah paradigma kita. Hentikan perlombaan fana dunia. Mulailah perjalanan suluk ke dalam diri. Fokus pada tazkiyyatun nafs Anda, pada qalb Anda, dan pada hubungan Anda dengan al-Haqq.
Semoga Allah menganugerahi kita maqam sabar dalam menerima takdir, syukur dalam setiap anugerah, dan takwa yang mengakar kuat di relung jiwa. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
Billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.
𝓡𝓪𝓲𝓱 𝓜𝓪𝓷𝓯𝓪𝓪𝓽 &𝓟𝓪𝓱𝓪𝓵𝓪
(Samsul Daeng Pasomba.PPWI)







