MabesNews.com, Medan-Mungkin tak terbayangkan kini daun pisang memiliki peluang ekspor cukup menarik bagi pasar, terutama untuk memenuhi kebutuhan industri makanan, dekorasi, atau bahkan kemasan ramah lingkungan.
“Ada beberapa aspek peluang ekspor daun pisang menyusul permintaan global untuk industri makanan,” kata Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Khairul Mahalli kepada media ini, Selasa 10/12/2024.
Daun pisang jelas Mahalli digunakan sebagai bahan pembungkus makanan tradisional seperti tamales (Meksiko), nasi lemak (Malaysia), dan lontong (Indonesia). Negara-negara dengan komunitas diaspora Asia atau Amerika Latin sering membutuhkan pasokan daun pisang.
“Industri Restoran dan Hotel seperti restoran yang menyajikan makanan tradisional membutuhkan daun pisang untuk plating atau memasak. Apalagi kemasan daun pisang ramah lingkungan,” jelas Mahalli seraya menyebutkan daun pisang mulai populer sebagai alternatif kemasan ramah lingkungan di berbagai negara maju.
Menyinggung tentang target pasar, Mahalli yang juga Ketua Kadin Sumut ini menyebutkan
Asia Tenggara dan Asia Timur yakni Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok memiliki permintaan yang signifikan untuk daun pisang dalam industri makanan.
Sedangkan Amerika Utara dan Eropa juga banyak supermarket yang menyediakan produk eksotis untuk komunitas Asia dan Amerika Latin.
“Begitu juga halnya Timur Tengah yakni komunitas diaspora Asia di negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sering mencari produk seperti daun pisang,” papar Mahalli yang juga Ketua Umum Asosiasi Depo Logistik Indonesia (Asdeki) ini.
Terkait nilai tambah, Mahalli melukiskan daun pisang dapat diproses dalam berbagai bentuk seperti Fresh cut : Potongan daun pisang segar. Vacuum-packed : Daun pisang yang dikemas vakum untuk daya tahan lebih lama.
Frozen : Daun pisang beku untuk menjaga kesegaran.
Lantas bagaimana potensi di pasar di Jepang, Mahalli mengatakan Jepang memiliki pasar potensial karena budaya konsumsi produk alami dan keberadaan restoran Asia. Selain itu, produk ramah lingkungan seperti daun pisang untuk pengemasan menarik bagi konsumen Jepang.
Berbicara tentang tantangan dia menjelaskan
Logistik : Daun pisang memerlukan penanganan khusus untuk menjaga kesegaran selama pengiriman. Regulasi Impor : Pastikan memahami regulasi phytosanitary (sanitasi tumbuhan) di negara tujuan.
Diakui Mahlli bahwa kompetisi dengan beberapa negara seperti Thailand dan Filipina. Mereka sudah memiliki rantai pasok daun pisang yang mapan.
Ditanya tentang strategi ekspor Mahalli menjelaskan perlu penetrasi Pasar termasuk mengikuti pameran dagang makanan dan bahan baku seperti Foodex Japan, Asia Food Expo, atau Gulfood.
“Selain itu kerja sama dengan distributor lokal, cari distributor di negara tujuan yang paham dengan pasar daun pisang.Sertifikasi : Miliki sertifikat seperti GAP (Good Agricultural Practices) dan izin phytosanitary,”pungkas Mahalli.(tiar)