Ketum DPP GPEI Khairul Mahalli : Indonesia Butuh Hilirisasi Melalui Transfer Teknologi Jepang

Bisnis136 views

Mabesnews.com, Jakarta-.Indonesia membutuhkan hilirisasi melalui transfer teknologi dari Jepang untuk mengembangkan produksi bahan mentah hingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi untuk kebutuhan ekspor.

“Kita butuh hilirisasi melalui transfer teknologi dari Jepang untuk.mengembangkan produksi bahan mentah yang bernilai jual tinggi,” ujar Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Khairul Mahalli ketika berbicara dalam Konferensi ASEAN Council of Japan Alumni ASCOJA) dan Business Gathering di Jakarta,.pekan lalu.

Dia menyatakan pihaknya membutuhkan satu payung para bisnis bagi.para pebisnis dari ASEAN dan Jepang untuk melakukan kegiatan ekspor-impor melalui kerjasama dengan kepercayaan penuh.

“Soalnya, bisnis kan modal utamanya kepercayaan, kadang pembeli ini kan mau aja tapi bayarnya tak jelas. Makanya kita harus teliti dulu melalui marketing intelegent untuk mencek benar apa tidak ini buyer-nya semua.Jepang memiliki teknologi tinggi yang kita harapkan dari SDM hingga ke sistem,” kata.Mahalli.

Jepang lanjut Mahalli merupakan negara yang memiliki tingkat akurasi tinggi sehingga di negara mana pun standar kualitas yang mereka punya mudah diterima negara lain.

Dalam kesempatan itu Staf Ahli Bidang Pengembangan Sektor Investasi Prioritas Kementerian Investasi Aries Indanarto menyebutkan Indonesia memiliki kekayaan dikaruniai potensi lahan rumput laut terbesar di dunia.

“Dari sekian banyak provinsi yang memberikan kekayaan alam melimpah, inilah Sulawesi Selatan yang menjadi rumah bagi rumput laut terbaik Indonesia.Sulawesi Selatan menjadi penyumbang terbesar dalam pmenuhan kebutuhan rumput laut,” sebutnya seperti dilansir Chat News.

Salah satu daerah unggulan budidaya rumput laut yaitu Kabupaten Takalar dengan potensi lahan lebih dari 8,1 ribu hektar.Total Investasi yang ditelontorkan untuk budidaya rumput laut ini pun cukup besar yakni senilai Rp102,87 miliar.

“Luas areal yang digunakan untuk budidaya rumput laut mencapai 184 ha perairan dan 4 ha lahan. Sedangkan untuk status tanah perairan merupakan milik negara dengan harga sewa Rp 18.860.000/ha sesuai Peraturan Pe merintah Nomor 85 Tahun 2021 dan tanah berstatus Hak Milik (SHM) Rp. 500.000/m2,” rinci Aries.

Selain untuk kebutuhan dalam negeri, lanjut Aries rumput laut juga dikapalkan sebagai komoditas ekspor yang bernilai tinggi (dalam bentuk kering, keripik, dan karaginan). Budidaya rumput laut Sulawesi Selatan memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia. Teknologi tepat guna akan menjadikan emas hijau bernama rumput laut sebagai komoditas unggulan, berdaya saing dan meningkat sejahtera.

Saat diberitahu mengenai potensi di Takalar ini buyer dari luar negeri pun banyak yang tertarik terutama dari Jepang karena negara yang paling besar bersama Korea yang mengkonsumsi rumput laut.

“Bukan hanya itu, Malaysia juga tertarik untuk membeli rumput laut dari Takalar tersebut. Seperti yang disampaikan MD Salikon bin Sarpin Kadin dari Malaysia. Mereka tertarik untuk mengimpor rumput laut dari Takalar agar bisa mereka ekspor kembali dalam bentuk bahan jadi ke Jepang,” terang Aries Indanarto.(bay)