Ketika Paiman Gugat Roy Suryo Cs : Makin Banyak Orang Baik Dipenjara

Opini61 views

Opini

Oleh : Sri Radjasa, M.BA (Pemerhati Intelijen)

 

Mabesnews.com,-KEBERANIAN mantan Wakil Menteri Desa, Paiman Raharjo, dalam menggugat Roy Suryo Cs atas tuduhan fitnah terkait dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi, diyakini lahir dari dua dorongan utama. Pertama, kekhawatiran berlebihan bahwa ijazah Presiden Jokowi benar-benar terbukti palsu. Kedua, adanya keyakinan terhadap perlindungan kekuasaan hukum yang berpihak pada atasannya, Jokowi.

 

Gugatan tersebut didaftarkan pada Selasa, 15 Juli 2025, dengan nomor perkara 456/Pdt.G/2025/PN Jkt.Pst. Selain Roy Suryo, enam tergugat lain dalam perkara ini adalah Eggi Sudjana, Tifauzua Tyassuma, Kurnia Tri Royani, Rismon Hasiholan Sianipar, Bambang Suryadi Bitor, dan Hermanto.

 

Seandainya para penegak hukum benar-benar takut kepada azab Allah SWT, barangkali Paiman akan berpikir dua kali sebelum menggugat mereka yang justru sedang memperjuangkan keadilan. Polisi pasti akan melakukan penyelidikan ke Pasar Pramuka Pojok, serta memanggil Paiman dan orang-orang dekatnya, seperti Sungkono dan Ibu Kana, untuk dimintai keterangan terkait dugaan pemalsuan ijazah Jokowi.

 

Fenomena ini menggambarkan wajah penegakan hukum yang lebih mirip bisnis katering: kebenaran tidak lagi berdiri di atas nilai-nilai objektif, tetapi tergantung pada pesanan. Soal rasa atau keadilan menjadi nomor sekian; yang utama adalah kepuasan pemesan.

 

Tampaknya Paiman tidak mempertimbangkan dinamika perubahan “musim politik”, hingga dengan penuh percaya diri ia menantang Roy Suryo dan kawan-kawan secara terbuka. Ia mungkin lupa bahwa keabadian hanya milik Allah SWT, bukan milik manusia, apalagi pemimpin yang sedang berkuasa.

 

Ramalan cuaca politik saat ini menunjukkan angin sedang berembus ke arah para pencari kebenaran dan keadilan. Hujan deras bisa datang sewaktu-waktu, menimbulkan banjir yang berpotensi menyeret mereka yang selama ini membungkam suara kebenaran demi kepentingan politik sesaat.

 

Situasi politik kini bahkan menyerupai bait lagu Ebiet G. Ade: “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah laku kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.” Bisa jadi, Paiman akan menjadi korban pertama dari watak otoriter dalam gaya kepemimpinan Jokowi.

 

Pada akhirnya, kita harus percaya bahwa: “Sebesar apa pun kejahatan, tak akan pernah kuasa mengalahkan kebenaran. Dan sekecil apa pun kebenaran, tak akan pernah bisa binasa.”

 

(Samsul Daeng Pasomba/Tim)