Kasus Tanah Jusuf Kalla Jadi Sorotan: Warga Turatea di Makassar Ramai Bahas di Grup KKT

Hukum118 views

Mabesnews.com – Makassar — Isu dugaan mafia tanah yang menimpa mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) ikut menjadi pembicaraan hangat di kalangan warga Turatea, khususnya di grup WhatsApp Kerukunan Keluarga Turatea (KKT) Pusat Jeneponto di Makassar.

 

Di grup itu, sejumlah tokoh dan anggota aktif berbagi pandangan dan komentar seputar kasus yang kini menjadi perhatian publik nasional.

 

Pesan pertama datang dari Munawir Kamaluddin, yang menulis opini panjang berjudul “Mafia Tanah: Sekelas JK Saja Jadi Korban, Bagaimana Nasib Rakyat Biasa?”. Tulisan ini banyak menyentuh hati para anggota karena disampaikan dengan nada prihatin sekaligus penuh semangat keadilan.

 

Munawir dalam tulisannya menyoroti betapa lemahnya perlindungan hukum bagi rakyat jika seorang tokoh besar seperti Jusuf Kalla pun bisa menjadi korban permainan mafia tanah. Ia juga mengingatkan bahwa keadilan adalah nilai utama dalam Islam dan budaya Bugis-Makassar.

 

Menurutnya, perjuangan JK bukan soal materi, tetapi soal kehormatan dan prinsip kebenaran. “JK melawan bukan karena tanah, tapi karena harga diri,” tulis Munawir dalam opininya yang disebarkan di grup.

 

Tulisan itu kemudian ramai ditanggapi oleh anggota lain, termasuk Syamsir Yarunai yang menyarankan agar persoalan tersebut dibawa ke jalur hukum. “Sebaiknya Pak JK laporkan ke penegak hukum siapa yang merampas tanahnya, karena proses hukum adalah jalan terbaik,” tulisnya.

 

Syamsir juga mengingatkan bahwa sengketa tanah di Tanjung Bunga, Makassar, sudah berlangsung lama dan kedua pihak sama-sama memiliki bukti kepemilikan. “Masalahnya, dua-duanya punya bukti. JK punya dokumen, dan pihak Lippo juga ada sertifikatnya. Bahkan, dulu Lippo pernah menang di pengadilan,” katanya.

 

Sementara itu, tokoh masyarakat Turatea lainnya, Bachtiar Adnan Kusuma (BAK), turut merespons dengan semangat literasi. Ia mengatakan bahwa pagi hari usai salat subuh biasanya diisi dengan menulis dan membaca untuk melatih pikiran tetap jernih. “Saya tulis makalah dan opini sambil membaca, itu hiburan dan kebiasaan baik,” tulisnya sambil menambahkan emotikon tersenyum.

 

Komentar santai juga datang dari Syamsir Yarunai di pesan berikutnya. Ia mengingatkan anggota grup untuk tetap menjaga kesehatan di tengah berbagai isu nasional. “Olahraga pagi-pagi biar keluar keringat, supaya badan tetap sehat,” ujarnya singkat.

 

Percakapan di grup tersebut mencerminkan kepedulian warga Turatea terhadap masalah keadilan dan hukum di tanah air. Banyak anggota yang menilai bahwa kasus JK ini adalah cermin dari kondisi hukum di Indonesia yang masih butuh pembenahan.

 

“Kalau sekelas Jusuf Kalla saja bisa dipermainkan, bagaimana nasib rakyat kecil?” demikian bunyi potongan kalimat yang paling banyak dikutip dan dibicarakan.

 

Selain menyoroti sisi hukum, para anggota grup juga melihat sisi budaya dari perlawanan JK. Mereka menyebut bahwa sikap mantan Wakil Presiden itu adalah bentuk nyata dari nilai Siri’ na Pacce yang dipegang teguh oleh masyarakat Bugis-Makassar. Nilai ini mengajarkan tentang harga diri dan empati sosial yang tinggi.

 

Dalam pandangan mereka, JK sedang memperlihatkan contoh nyata bahwa mempertahankan kebenaran adalah bagian dari menjaga martabat diri dan bangsa.

 

Warga Turatea di Makassar dan sekitarnya berharap kasus ini bisa diselesaikan secara adil dan transparan. Mereka juga mengajak semua pihak untuk menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran agar mafia tanah tidak lagi merajalela di negeri ini.

 

Di akhir percakapan grup, banyak yang sepakat bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Sebab, seperti yang ditulis Munawir dalam opininya, “Tanah bisa dirampas, tapi kehormatan tidak boleh hilang.”

Pesan itu menjadi penutup yang kuat dalam diskusi panjang warga Turatea di grup WhatsApp, mengingatkan semua bahwa keadilan bukan milik orang kuat, melainkan hak setiap warga negara yang berani memperjuangkan kebenaran. (Nursalim Turatea).