DUA PEMUDA PROVINSI KEPULAUAN RIAU SERUKAN KEBANGKITAN AKHLAK UNTUK LAWAN KORUPSI

Sosial50 views

Oleh: Syamsul Ibrahim

 

Mabesnews.com – Batam — Di tengah gelombang krisis moral dan merebaknya praktik korupsi di berbagai lapisan kehidupan bangsa, dua pemuda asal Provinsi Kepulauan Riau tampil membawa pesan moral yang menggugah nurani. Mereka adalah Syamsul Ibrahim, penulis dan pemerhati moral bangsa, serta Dr. Nursalim, M.Pd, Ketua APEBSKID Provinsi Kepulauan Riau sekaligus Ketua FAHMI TAMAMI Kota Batam (2025–2030).

Keduanya menyerukan pentingnya kebangkitan akhlak dan spiritualitas sebagai benteng utama untuk memerangi korupsi yang telah lama mencengkeram bangsa ini. Menurut mereka, akar dari perilaku koruptif bukan sekadar kelemahan hukum, tetapi hilangnya kesadaran moral dan rapuhnya iman.

Syamsul Ibrahim dalam refleksi moralnya menulis, “Korupsi bukan hanya persoalan uang dan kekuasaan, tetapi tanda bahwa hati manusia telah kehilangan arah. Ketika kejujuran tidak lagi menjadi dasar hidup, maka harta dan jabatan akan menjadi tuhan baru.”

Ia menilai, pergeseran nilai dalam masyarakat telah mengubah ukuran kemuliaan seseorang. “Dulu, orang dihormati karena ketakwaannya. Kini, kehormatan diukur dari kekayaan dan pangkat. Banyak yang ingin terlihat hebat di mata manusia, bukan di hadapan Tuhan,” ujarnya dengan nada prihatin.

Syamsul juga menyinggung lemahnya peran moral para pemimpin dan tokoh agama. Dakwah, katanya, kini lebih banyak berhenti di ruang seremonial tanpa menembus perilaku nyata umat. “Ketika suara kebenaran melemah, keburukan akan dianggap wajar,” tulisnya. Ia menegaskan, bangsa ini tidak kekurangan aturan, tetapi kehilangan keteladanan. “Yang rusak bukan sistem, tapi hati manusia.”

Pandangan Syamsul tersebut mendapat dukungan penuh dari Dr. Nursalim, M.Pd, yang menilai bahwa akar semua kejahatan sosial terletak pada hilangnya rasa takut kepada Tuhan. “Korupsi bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi tanda matinya nurani. Jika hati hidup dan takut kepada Allah, sekecil apa pun peluang untuk berbuat curang pasti akan dijauhi,” ujarnya kepada redaksi.

Sebagai pemimpin muda yang aktif dalam gerakan dakwah dan pendidikan, Dr. Nursalim menegaskan pentingnya memperkuat peran lembaga pendidikan dan organisasi keagamaan. Menurutnya, pendidikan moral dan dakwah sosial harus berjalan beriringan dalam membentuk generasi yang berintegritas. “Bangsa yang kuat bukan karena banyaknya undang-undang, tetapi karena kuatnya akhlak rakyatnya,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa sekolah, kampus, pesantren, dan rumah ibadah harus menjadi ladang pembentukan karakter yang jujur dan bersih. “Kita tidak kekurangan orang pintar, yang kurang adalah orang jujur dan berjiwa amanah,” kata Dr. Nursalim.

Kedua pemuda Kepulauan Riau ini percaya bahwa perubahan bangsa dimulai dari perubahan hati. Mereka menyerukan agar masyarakat tidak hanya menuntut pemimpin yang bersih, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga diri dari segala bentuk kecurangan dalam kehidupan sehari-hari.

“Ketika akhlak tegak, hukum akan adil, dan bangsa ini akan bermartabat,” pungkas Dr. Nursalim.

Pesan moral dua pemuda ini menjadi pengingat bagi generasi muda Indonesia bahwa perjuangan melawan korupsi bukan hanya di ruang sidang atau lembaga penegak hukum, tetapi di dalam diri setiap warga negara. Kepulauan Riau, lewat putra-putra terbaiknya, mengirimkan pesan kuat kepada bangsa: bahwa kebangkitan Indonesia sejati harus dimulai dari kebangkitan akhlak.(NS)