Mabesnews.com. Bireuen,Provinsi Aceh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Almuslim Kabupaten Bireuen melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui Skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Kemendiktisaintek Tahun 2025. Kegiatan ini berfokus pada pemberdayaan kelompok perempuan yang tergabung dalam UMKM Beujroh di Desa Blang Mee, Kecamatan Kutablang, Kabupaten Bireuen, dengan mengangkat tema “Pemberdayaan Kelompok Perempuan dalam Optimalisasi Kriya Anyaman Purun untuk Ekonomi Kreatif Berkelanjutan di Kawasan Paya Nie Kabupaten Bireuen.”
Kegiatan berlangsung selama tiga hari, 21 sampai 23 Agustus 2025, dengan melibatkan tim pengabdian dari LPPM Universitas Almuslim Bireuen yang diketuai oleh Khairul Hasni, S.H., M.A bersama anggota Dr. Sri Wahyuni, S.E., M.Si dan Dr. Rambang Muharramsyah, M.Pd.
Menurut Khairul Hasni, kegiatan ini diarahkan untuk memperkuat potensi yang sudah dimiliki masyarakat dengan mengembangkan anyaman purun menjadi produk andalan UMKM Beujroh yang dikelola oleh kelompok perempuan Desa Blang Mee.
Dalam pengembangan usaha ayaman purun masih menghadapi tantangan, terutama dalam hal inovasi desain dan pemasaran digital. “Produk kriya purun ini sudah ada dan menjadi kebanggaan lokal. Apalagi bahan bakunya sangat melimpah di kawasan Paya Nie, sehingga memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. Yang kita dorong sekarang adalah bagaimana memperkaya kreativitas, meningkatkan kualitas, serta mengoptimalkan pemasaran berbasis teknologi agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas,”
Sementara itu, Dr. Sri Wahyuni menekankan pentingnya pemberdayaan ini bagi peningkatan ekonomi keluarga. Menurutnya, keterlibatan perempuan dalam pengelolaan kriya purun tidak hanya berkontribusi pada pendapatan rumah tangga, tetapi juga memperkuat kemandirian kelompok perempuan.
“Pendampingan ini memberi ruang bagi perempuan untuk menjadi motor penggerak ekonomi kreatif desa. Harapannya, UMKM Beujroh bisa berkembang menjadi unit usaha yang mandiri, berdaya saing, dan mampu menjadi contoh bagi daerah lain,” katanya.
Pandangan lain disampaikan oleh Dr. Rambang Muharramsyah yang menekankan pentingnya inovasi berbasis kearifan lokal. Ia menilai bahwa pengembangan kriya purun tidak cukup hanya dengan memperbanyak produksi, tetapi harus menggabungkan unsur tradisi dengan modernisasi. “Nilai tradisional dari kriya purun adalah kekuatan identitas lokal.
Tetapi untuk bisa diterima pasar modern, perlu ada sentuhan desain baru, pengemasan yang menarik, dan strategi promosi yang mengikuti perkembangan zaman. Inovasi yang memadukan tradisional dan modern inilah yang menjadi kunci keberlanjutan,” jelasnya.
Ketua UMKM Beujroh, Ruhani, menyampaikan bahwa program ini sangat membantu mereka dalam mengembangkan usaha.
Selama ini kami membuat anyaman purun hanya dengan model sederhana dan menjual di sekitar desa. Dengan adanya pelatihan ini, kami jadi tahu cara membuat desain baru, memasarkan lewat media sosial, dan lebih percaya diri mengembangkan usaha agar produk kami bisa dikenal lebih luas,” ujarnya.
Kegiatan ini melibatkan pelatihan keterampilan anyaman purun dengan variasi desain, inovasi produk kriya, serta strategi pemasaran digital. Para peserta juga mendapatkan bimbingan tentang manajemen usaha sederhana agar mampu mengelola UMKM secara berkesinambungan. Antusiasme terlihat dari semangat kelompok perempuan Desa Blang Mee yang aktif mengikuti setiap sesi, mulai dari praktik teknik anyaman modern hingga diskusi tentang peluang penjualan melalui platform digital.
Mereka menilai kegiatan ini memberikan ilmu baru sekaligus membuka wawasan tentang pentingnya inovasi untuk menghadapi persaingan pasar.
Masyarakat Desa Blang Mee menyambut baik program ini karena sesuai dengan kebutuhan mereka. Selama ini, potensi purun memang telah dimanfaatkan sebagai produk anyaman, tetapi pengembangannya masih sebatas kebutuhan lokal.
Melalui kegiatan PKM ini, mereka terdorong untuk lebih baik.
(Adnan)







