Aceh Selatan Jelang 80 Tahun Indonesia Merdeka, Listrik Masih Jadi Penjajah

Pemerintah45 views

 

Oleh : Rusdiman – Koordinator Kaukus Pemuda Peduli Aceh Selatan (KP2AS)

 

Mabesnews.com,-Di Tapaktuan dan Samadua, listrik punya kebiasaan unik: suka “cuti mendadak” tanpa pamit. Kamis, 14 Agustus 2025, sehari sebelum ulang tahun kemerdekaan RI dan damai Aceh, listrik kembali memutuskan untuk “libur panjang” sejak pukul 09.00 sampai 20.04 WIB bahkan ada pula desa yang malamnya hingga lewat pukul 00.00 WIB harus mendekap dalam gelap gulita. Katanya karena tiang tumbang di Batee Tunggai. Hanya tiang tumbang, namun sebelas jam lamanya padam total, rekor yang mungkin bisa diajukan ke Guinness World Records.

 

Yang bikin makin indah, PLN sempat berjanji listrik akan kembali pukul 15.00 WIB. Janji itu sama manisnya dengan janji-janji kampanye yang menguap begitu saja. Sementara itu, usaha merugi, ikan mati di kolam, elektronik gosong, dan sinyal Telkomsel ikut lenyap. Sungguh kolaborasi sempurna antarpenyedia jasa.

 

Masyarakat pun pernah mendengar kabar bahwa tim perbaikan tidak ada di Aceh Selatan, jadi harus menunggu bala bantuan dari Subulussalam atau Abdya. Bayangkan, seperti pasien IGD di Tapaktuan harus tunggu dokter dari Medan.

 

Lebih menakjubkan lagi, sering kali terjadi pemadaman dengan dalih kapasitas daya katanya kurang, tapi pembangunan Gardu Induk di Samadua tak kunjung kelar. Seluruh listrik dari Tapaktuan hingga Labuhanhaji Raya masih numpang di GI Abdya, seperti anak kos yang tak pernah lulus kuliah.

 

Delapan puluh tahun merdeka, PLN masih mempraktikkan “penjajahan model baru”. Dua puluh tahun Aceh damai, tapi listrik dan sinyal masih suka bikin perang urat syaraf. Rakyat Aceh Selatan pun terpaksa belajar sabar tingkat dewa.

Begitu listrik nyala pukul 20.04 WIB, giliran Telkomsel pamit. Tak ada badai, tak ada hujan, tapi jaringan ambruk. Rasanya seperti Jepang sudah pergi, Belanda balik lagi dan kita cuma bisa menonton sambil beli lilin.

Merdeka itu bukan cuma upacara, tapi juga listrik yang hidup, sinyal yang lancar, dan janji yang ditepati. Kalau PLN masih seperti ini, sebaiknya ganti slogan “Terang untuk Indonesia, kecuali Aceh Selatan saja”.

 

(Samsul Daeng Pasomba/Tim)