Meniti Jalan Kehidupan dengan Teguh: Dwi Handayani Tinggal, Potret Perempuan Tangguh di Balik Seragam Pengamanan Kampus UHAMKA

Pemerintah45 views

MabesNews.com,Jakarta, 12 Juli 2025 — Di tengah hiruk pikuk kesibukan kampus Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta, ada sosok perempuan yang mungkin tak selalu disadari kehadirannya oleh banyak orang, tetapi perannya begitu penting. Ia bukan dosen, bukan juga mahasiswa, melainkan seorang penjaga keamanan — profesi yang kadang terabaikan, namun menyimpan kisah luar biasa di balik seragamnya. Namanya Dwi Handayani Tinggal, seorang ibu, perempuan pekerja keras, dan sosok inspiratif yang hari ini kisahnya dibagikan langsung kepada Nursalim, Ketua Ikatan Wartawan Online Indonesia (IWO Indonesia) Provinsi Kepulauan Riau, dalam perbincangan hangat di lantai 1 Sekolah Pascasarjana UHAMKA.

Perempuan kelahiran Ciracas, Susukan, Jakarta Timur, pada 27 Desember 1985 ini telah melewati banyak liku kehidupan. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, besar di tengah keluarga sederhana yang menanamkan nilai-nilai kemandirian sejak dini. Pendidikan dasarnya ditempuh di SDN Susukan 05 Jakarta, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 106 Jakarta, tempat ia menyelesaikan masa remaja dengan berbagai kenangan dan perjuangan. Tahun 2001, ia lulus, lalu meneruskan pendidikan ke SMK Wijaya Kusuma dan menyelesaikannya pada 2004.

Namun, kisah hidup Bu Dwi tak sebatas di ruang kelas. Tahun 2007, ia memasuki bahtera rumah tangga dan dikaruniai dua orang anak. Perjalanan ini, sayangnya, tak berakhir bahagia. Rumah tangganya retak dan harus berakhir. Meski sempat tersungkur dalam kesedihan, Bu Dwi tidak membiarkan hidupnya berhenti di sana. Ia bangkit, perlahan menata hati dan kehidupannya kembali, hingga pada tahun 2021 ia menikah untuk kedua kalinya dan kembali dikaruniai seorang anak yang kini menjadi cahaya baru dalam kehidupannya.

Tahun 2021 menjadi titik balik yang penting. Ia diterima sebagai tenaga keamanan di lingkungan UHAMKA Jakarta — sebuah lembaga pendidikan tinggi bergengsi yang menjadi tempatnya bernaung hingga hari ini. Banyak orang mungkin memandang pekerjaan sebagai sekuriti dengan sebelah mata, namun tidak bagi Dwi Handayani. Ia melihatnya sebagai ladang pengabdian, ruang belajar sosial, dan tempat menempa jati diri.

“Saya suka jadi sekuriti karena bisa bertemu banyak orang dari berbagai latar belakang. Setiap hari ada cerita baru. Ini membuat saya terus belajar, terus bertumbuh,” ucapnya dengan mata yang berbinar. Ia tidak hanya menjaga keamanan area kampus, tapi juga menjaga ketenangan, memberi senyum kepada mahasiswa, membantu dosen, dan menyambut tamu dengan sopan santun. Ia menghidupkan nilai-nilai keikhlasan dalam setiap tugasnya.

Baginya, mengenakan seragam sekuriti bukanlah sesuatu yang memalukan. Justru itulah simbol komitmen dan tanggung jawab. Ia bangga menjadi bagian dari tim pengamanan kampus, dan lebih dari itu, ia merasa punya tempat dan arti di lingkungan tempat ia bekerja.

“Di kampus ini, saya merasa dihargai. Setiap sapaan, setiap senyum dari mahasiswa, dosen, dan staf, membuat saya merasa bahwa keberadaan saya berarti,” lanjutnya. Ucapan sederhana itu terucap dengan ketulusan yang dalam, menyiratkan rasa syukur atas perjalanan hidup yang tidak mudah, namun selalu dilalui dengan keyakinan.

Percakapan bersama Nursalim hari itu terasa istimewa. Di hadapan seorang jurnalis senior dan tokoh pers nasional, Bu Dwi tidak canggung bercerita. Ia justru bangga, bahwa kisahnya — yang selama ini disimpannya rapat — kini bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. “Saya ingin anak-anak saya tahu, bahwa ibunya pernah jatuh, pernah gagal, tapi tidak pernah menyerah. Saya ingin mereka belajar dari keberanian saya untuk bangkit,” katanya sambil menahan haru.

Nursalim, yang telah bertahun-tahun menulis kisah tokoh dan rakyat biasa dari seluruh penjuru Indonesia, pun mengaku tersentuh. “Ibu Dwi adalah contoh nyata bahwa kekuatan sejati tidak harus datang dari panggung besar atau jabatan tinggi. Tapi dari kesetiaan pada pekerjaan, kejujuran dalam menjalani hidup, dan keberanian untuk terus melangkah meski badai datang bertubi-tubi,” tuturnya.

Melalui tulisan ini, Nursalim ingin publik tahu bahwa di balik seragam sederhana dan posisi yang kerap luput dari sorotan, terdapat jiwa-jiwa besar yang layak dihargai. Dwi Handayani Tinggal bukan hanya sekuriti UHAMKA — ia adalah simbol kekuatan perempuan Indonesia masa kini: tangguh, mandiri, dan penuh cinta dalam menjalani hidup.

Karena sesungguhnya, setiap orang punya panggungnya masing-masing. Dan Bu Dwi telah memainkan perannya dengan luar biasa. Ia bukan hanya menjaga gerbang kampus, tapi juga menjaga martabat, harapan, dan impian untuk dirinya, anak-anaknya, dan siapa pun yang pernah merasa tak berarti.

Ditulis oleh: Nursalim

Ketua Ikatan Wartawan Online Indonesia (IWO Indonesia) Provinsi Kepulauan Riau