Bulukumba — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah pusat untuk meningkatkan asupan gizi pelajar justru kembali memunculkan persoalan serius di Kabupaten Bulukumba. Salah satu dapur penyedia MBG diduga beroperasi satu atap dengan sarang burung walet. 02/11/2025
Dapur yang dimaksud diketahui milik Yayasan Darma Rafid Caile (DRC), yang resmi meluncurkan Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) pada tanggal 25 Agustus 2025. Acara peresmian tersebut dipimpin langsung oleh Ketua Yayasan DRC, Hj. Darmawati, dan turut dihadiri oleh Bupati Bulukumba Muchtar Ali Yusuf serta sejumlah anggota DPRD Bulukumba.
Namun, keberadaan dapur tersebut kini menuai sorotan dari aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bulukumba). Mereka mengaku khawatir terhadap higienitas makanan yang diproduksi dari dapur yang berada tepat di bawah sarang burung walet tersebut.
“Iya, kemungkinan masih aktif sarang waletnya karena masih terdengar suara pemanggil walet kalau sore. Kami khawatir dengan kebersihan makanannya. Semoga makanan yang dibuat nanti tidak sampai membuat anak-anak keracunan seperti yang sering diberitakan,” ujar Jayadi salah satu aktivis IMM Bulukumba.

Jayadi menduga dapur tersebut tidak memenuhi standar kebersihan yang seharusnya diterapkan dalam program MBG. Berikut beberapa alasan yang menjadi dasar kekhawatiran mereka:
1. Pencemaran Kotoran Walet :
Kotoran burung walet dapat menumpuk dan menghasilkan gas amonia (NH₃) yang berbahaya bagi manusia. Gas ini bisa mengiritasi saluran pernapasan, mata, dan menyebabkan gangguan kesehatan serius jika terhirup dalam kadar tinggi. Jika kotoran jatuh ke area dapur, risiko kontaminasi makanan dan peralatan masak menjadi sangat besar.
2. Kandungan Nitrit :
Sarang walet secara alami mengandung nitrit dari air liur burung, dan nitrit juga bisa terbentuk dari oksidasi nitrat pada kotoran walet. Zat ini menimbulkan kekhawatiran terhadap keamanan pangan jika berada di lingkungan pengolahan makanan.
3. Potensi Alergi :
Meski sarang walet aman dikonsumsi setelah diproses, sebagian orang dapat mengalami alergi seperti gatal-gatal atau ruam kulit. Keberadaan sarang walet di dekat dapur bisa memicu reaksi alergi bagi individu yang sensitif.
4. Lingkungan Tidak Higienis :
Area yang digunakan sebagai sarang walet umumnya sulit dijaga kebersihannya dari kotoran dan hama. Mencampur fungsi tersebut dengan dapur jelas berpotensi menyebabkan kontaminasi silang yang berbahaya bagi kesehatan konsumen, terutama anak-anak sekolah.
Selain itu, Jayadi juga menyoroti lemahnya pengawasan dari pihak terkait dalam pembangunan dapur MBG tersebut. Mereka menduga Satuan Pengawasan Pangan Gizi (SPPG) dan Koordinator Wilayah (Korwil) MBG Bulukumba tidak mengedepankan kualitas dapur, melainkan terkesan asal jadi.
Jayadi mendesak pemerintah daerah dan DPRD Bulukumba agar lebih aktif dalam melakukan pengawasan terhadap dapur MBG dan proses distribusi makanan ke sekolah-sekolah.
“Jangan tunggu ada korban baru bertindak. Kami juga mendesak Korwil MBG Bulukumba agar dapur yang dianggap tidak layak itu direkomendasikan ke Badan Gizi Nasional ( BGN ) untuk ditutup,” tegas Jayadi.
Sementara itu, pihak Korwil MBG Bulukumba yang dihubungi melalui pesan WhatsApp terkait temuan dapur satu atap sarang burung walet tidak memberikan tanggapan hingga berita ini diturunkan.
Jayadi Selaku Aktivis IMM bersama sejumlah orang tua siswa berharap agar program makan bergizi gratis di Bulukumba benar-benar diawasi secara ketat. Mereka khawatir kasus keracunan makanan yang sebelumnya pernah terjadi akibat makanan basi dan berulat tidak dapat terulang kembali.
“Kasihan anak-anak kalau sampai jadi korban lagi. Pemerintah harus benar-benar memastikan makanan yang disalurkan aman, bersih, dan layak dikonsumsi,” tutup pernyataan Jayadi.






